Header Ads

Link Banner

Aplikasikan Ilmu, Abdul Haris berhasil budidayakan ikan Koi

Abdul Harris (Budidaya Perikanan, 1998)
riaupos.co - Berkunjung ke hotel atau rumah mewah sering dijumpai kolam kecil yang berisikan ikan. Dengan bangga juga penghuninya menyebutkan jika ikan yang berenang meliuk-liuk indah itu ikan koi yang harganya lumayan tinggi sebagai ikan hias.

Seekor ikan Koi ini bisa dihargai hingga Rp600 ribu, bahkan jika sudah ‘jadi’ harganya bisa mencapai jutaan. Terang saja ini cukup mahal, selain berasal dari luar negeri dan memiliki corak yang menarik, ikan ini juga disebut-sebut sebagai ikan pembawa keberuntungan (hoki)
 Pada zaman kerajaan Cina dulu, ikan koi telah dipelihara dalam kerajaan untuk menaikkan “chi” keberuntungan serta keabadian. Tentang ini berkenaan dengan usia  ikan koi ini relatif panjang. Khusus di Indonesia, ikan jenis ini sudah mulai di budidayakan oleh petani di Pulau Jawa dan konsumennya hingga ke Riau dan Pekanbaru khususnya.

Namun biasanya yang didapat itu adalah ikan ‘jadi’ yang dikirim dari luar. Tapi bagaimana di Pekanbaru? Tenang saja, tenyata di Pekanbaru ikan yang habitatnya nyaris sama dengan ikan mas ini sudah bisa dibudidayakan. Dengan kondisi alam yang relatif panas, ternyata ada seorang ‘penghulu’ yang berhasil mengawinkan ikan koi dari varieties mahal di Kota Bertuah ini.

Dari hasil menimba ilmu di Fakultas Perikanan Universitas Riau jurusan Budidaya Perikanan, Abdul Harris sudah berhasil membudidayakan ikan pembawa hoki ini. Hebatnya, Harris tidak melalui kegagalan saat melakukan breeding.

‘’Alhamdulillah, sukses dalam percobaan pertama pada ikan koi jenis Kohaku. Saat ini sudah generasi ketiga yang berhasil kita lakukan breeding. Untuk kualitas, tidak ada berbeda dengan kualitas ikan koi yang bisa dijual di pasaran. Intinya, ikan jenis ini bisa dibudidayakan di Kota Pekanbaru yang memiliki cuaca relatif panas daripada habitat asli ikan tersebut,’’ terang Haris
Ikan koi ini, terang Harris memang berkerabat dekat dengan ikan mas, tapi rekayasa budidaya bisa dikembangkan di Pekanbaru. Biasanya, ikan ini cenderung hidup di air deras. Untuk di Pekanbaru, dengan wadah terkontrol, hal tersebut bisa dibudidayakan.

Soal perlakuan, Haris yang pernah menjadi asisten Labor Benih Ikan Faperika Unri tersebut menyebutkan tidak ada perlakukan khusus. Semua pelajaran yang diterimanya pada masa kuliah diaplikasikan dengan sedikit modivikasi pada wadah kontrol ikan tersebut.

‘’Prosesnya cukup sederhana. Induk diadaptasikan dengan kondisi alam, setelah biasa, baru dilakukan pemijakan secara alami atau semi buatan. Idealnya habitat budidaya koi, cukup dengan kolam rata-rata ketinggian air 70-80 cm saja dan ditambah peningkatan DO dengan bantuan alat. Ini sudah berhasil, dan ada keinginan ke depan melakukan penyilangan dengan kerabat dekat ikan koi yang mungin bisa menemukan jenis baru dari ikan koi, dan bisa saja saja nanti jadi ikan koi asli Pekanbaru,’’ harapnya.

Saat ini, bibit ikan produk Haris sudah diminati masyarakat Riau. Ia juga menjual bibit tersebut relatif murah dengan tetap mempertahankan kualitas. Jika dibandingkan ikan yang didatangkan dari luar Riau, jelas ikan koi asal Pekanbaru ini memiliki keunggulan dari ketahanan karena tidak perlu melalui waktu yang lama dalam pengiriman serta ongkos yang besar.

Adapun beberapa varietas atau jenis ikan koi yang populer seperti corak merah putih dikenal dengan sebutan Kohaku, merah putih hitam dikenal dengan sebutan Taisho Sanshoku ataupun dengan pola hitam disebut Showa Sanshoku.

Selanjutya corak hitam putih disebutan Shiro Utsuri, yang mana di golongkan jadi empat besar (goyungke) hingga kerap jadi primadona.  Selain Ikan jenis koi, Haris juga sudah membudidayakan ikan hias lainnya seperti ikan plati, molly, manfis, guppy dan lainnya.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.