Header Ads

Link Banner

Alumni FE UR yang Mengembalikan Kepercayaan Pelayanan Kesehatan

Syukri Hadi SEAk GMQ MIM CA (Akuntansi Fakultas Ekonomi Angkatan 1989)

www.terasunri.com - Industri kesehatan hingga saat ini masih menjadi primadona. Pasalnya, semua orang tentu selalu ingin sehat dan perputaran uang dalam hal kesehatan tersebut cukup besar. Karena itu, semua orang berlomba-lomba untuk memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat. Tapi sayangnya, meski sudah memiliki banyak pelayanan kesehatan di Riau, tidak sedikit masyarakat Riau yang justru berobat ke luar negeri. Melihat hal tersebutlah,  Syukri Hadi SE Ak GMQ MIM CA mencoba untuk mengembalikan kejayaan pusat kesehatan yang unggul di Riau dan Pekanbaru khususnya.

‘’Mengapa masyarakat banyak yang berobat ke LN? Hal itu disebabkan karena faktor pelayanan, kepastian tarif serta sebagian untuk prestise. Padahal sebenarnya pelayanan kesehatan di lokal juga sudah cukup baik. Tapi memang kembali lagi persoalan tarif yang menjadi titik berat pasien. Makanya, pelayanan RS di luar negeri lebih dipilih karena memiliki kepastian soal tarif dan prestise tentunya,’’ sebut Syukri yang merupakan alumni Akuntansi Fakultas Ekonomi Unri angkatan 1989 ini.

Sebagai praktisi kesehatan yang memiliki kemampuan dalam hal pengelolan keuangan, Syukri menyebutkan jika untuk waktu pelayanan per pasien ada ketentuannya mulai dari lima menit, 10 menit, 15 menit dan seterusnya itu tergantung kepada jenis penyakit pasien yang berhubungan dengan tarif. 

Sebagai contoh, di luar negeri, dokter memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya kepada pasien. Tapi untuk lokal waktu pelayanan dokter kepada pasien terkadang tidak sampai lima menit dan bahkan ada yang hanya dua menit. Akibat hal itu, pasien sulit untuk bekonsultasi dan terpuaskan dari pelayanan dokter itu sendiri. ‘’Andai saja itu benar-benar diterapkan, saya yakin orang lebih memilih untuk konsultasi ke dokter lokal dengan kedekatan daerahnya.  

Karena orang awam tidak banyak yang paham akan soal kesehatan dan itu hanya diketahui oleh dokter,’’ terangnya.

Tarif juga menjadi perbandingan yang timpang dalam pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, pada saat akan operasi, awalnya disebut berbiaya Rp5 juta. Namun, pada saat pasien pulang dan membayar, mereka membayar lebih dari Rp5 juta. Ini menandakan belum adanya kepastian biaya pengobatan dan itu tidak terjadi di luar negeri.

‘’Sebagai alumni Unri jurusan akuntansi, saya jelas memahami benar itu. Memang tidak mudah mengubah hal tersebut secara keseluruhan namun sudah akan kita mulai di tempat saya saja. 

Itu juga coba saya sampaikan ke mahasiswa tempat saya dipercaya menjadi tenaga pengajar seperti di STIE dan STIKes. Jangan sampai ke depan kita jadi penonton di rumah sendiri,’’ ujarnya.

Pria yang memiliki moto hidup money is everything but money cannot buy everything pada masa kuliah memang dikenal cukup aktif. Tercatat pernah menjadi pengurus Senat Fakultas, HMJ Akuntansi, Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis dan pernah menjadi Fetua Fekon Cup 1991. 

Keaktifan tersebut juga sampai saat ini di mana ia juga menjabat beberapa jabatan di organisasi kemasyarakat seperti pengurus Apindo Provinsi Riau, pengurus Majelis Syuro Upaya Kesehatan Islami Seluruh Indonesia (MUKISI) Riau, Ketua Lazis Ibnusina dan pengurus IKA FE Unri.

Ditambahnya, sebenarnya tingkat inflasi di dunia medis nasional lebih tinggi. Terlihat dari kenaikan tarif medis dan rumah sakit bisa berlipat-lipat saat ini. Ditambah lagi di Indonesia rumah sakit juga objek pajak bagi pemerintah. Bahkan, untuk berobat serta rawat jalan, masyarakat juga dikenakan PPn yang mengakibatkan harga obat semakin mahal. 

Rumah sakit membeli sarana dan prasarana medis juga kena pajak sama dengan barang pada umumnya. Hal ini juga mengakibatkan harga menjadi mahal. Harusnya, untuk efisiensi pembiayaan BPJS sebaiknya tarif untuk RS pemerintah dan swasta dibedakan. 

Untuk RS pemerintah contohnya 50 persen lebih murah dari tarif RS swasta karena untuk gaji, obat, fasilitas medis, sarana dan prasarana sudah dibayarkan dan disediakan oleh pemerintah. Sementara RS swasta semuanya disediakan sendiri tanpa ada bantuan dari pihak lain yang diharapkan hanya dari pembayaran BPJS.

‘Pelayanan kesehatan itu yang harus diubah dan diperbaiki. Pelan-pelan dan dimulai dari kegiatan tarif yang pasti. Karena memang, pelayanan serta dokter di sini tidak kalah dengan mereka yang ada di luar negeri,’’ ujarnya.



Sumber : http://riaupos.co/131867-berita-mengembalikan-kepercayaan-pelayanan-kesehatan.html#ixzz4NcMyiJZq

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.