Header Ads

Link Banner

Dea, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Punya Tekad Bertemu Orang Hebat Lewat Jurnalis

terasunri.blogspot.co.id - Sebagai mahasiswa baru pada tahun 2016, Dea Rezki Gerastri saat itu bisa dibilang mahasiswa yang paling giat mencari tahu berabagai hal tentang konsentrasi dan kegiatan kemahasiswaan di jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Riau (UR).
Dari cerita kakak seniornya, Ilmu Komunikasi UR punya kegiatan di luar perkuliahan yang amat seru sehingga Dea berkeinginan masuk dan konsentrasi pada kegiatan yang memiki sedikit peminat.
Pilihan Dea pun jatuh pada Tekad (tabloid jurusan Ilmu Komunikasi UR, red).
"Awalnya cuma coba-coba aja, pada waktu PKA (Pengenalan Kegiatan Akademik) saat dikenalkan 3 ekskul jurusan, pernah ngomong dalam hati gak akan pernah masuk tekad karena gak tertarik sama sekali. Namun tak lama setelah gabung, gak tau kenapa, tiba-tiba pengen ngeliput berita yang sempet heboh menyangkut komunitas yang Dea bangun," ungkap Dea kepada Tribun, Selasa (29/8/2017).
"Itu liputan pertama Dea, waktu itu rasanya keren banget ngejar-ngejar narasumber, nunggu narasumber, dan datang sesuai janji tapi narasumber gak pernah bisa ditemui," tambah perempuan kelahiran Kerinci, 6 Juni 1996 ini.
Semangat Dea pun semakin bertambah, sehingga menginspirasi dia untuk membuat sebuah cerita yang berkisah tentang "10 hari mengejar pak dosen". Semenjak itu, dirinya pun marasa akrab dan dekat dengan kegiatan jurnalistik.
"Setiap ngelakuin wawancara, selalu nikmatin sensasinya. Punya kesan yang dalam dan berarti banget. Sampai akhirnya, mendeklarasikan keinginan untuk jadi jurnalis," sebut Dea.
Hingga saat ini, Dea masih menjadi kru (reporter) magang di Tablid Tekad. Ia pun berkeinginan bisa menjadi pengurus demi kelangsungan Tabloid Taked di masa yang akan datang.
Sensasi saat melakukan peliputan, membuat Dea banyak mengamati kejadian-kajadian dan merasakannya secara langsung. Ia banyak belajar tentang gaya dan teknis penulisan untuk rubrik yang berbeda-beda, hingga kesukaan balajar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
"Saat wawancara, ngerasa banget berusaha untuk multitasking, mulai dari mendengar sambil merespon baik tatapan mata atau anggukan kepala tapi sambil nyiapin pertanyaan selanjutnya. Dari wawancara juga banyak nambah wawasan dan pola pikir sama belajar memahami dan membangun situasi. Sempat wawancara, tapi narasumbernya gak respect dan acuh sama Dea , juga pernah ketemu narasumber yang introgasi Dea," ujarnya.
Banyak kebebasan positif yang dia rasakan selama menjadi Jurnalis Kampus, seperti bebas mengemukan pendapat, hingga bebas mengemukakan ide dan gagasan yang diterima kru dangan terbuka.
"Alhamdulillah, Deadlinenya pun tidak menggangu perkuliahan. Dispensasi untuk keterlambatannya tegas namun memaklumi. Jadinya enjoy banget, gak tertekan," kata Dea.
Dimasa depan, Dea ingin menjadi seorang jurnalis. Seseorang yang dianggapnya dilahirkan untuk berjihad fii Sabilillah, karena dunia jurnalistik bagi dia sebagai jalan jihad.
Ia juga bertekad untuk bertemu dengan orang-orang hebat dan mengunjungi tempat-tempat istimewa melalui profesi ini (jurnalis). Dalam jangka pendek, dapat diterima menjadi reporter di kantor media sekitar Kota Pekanbaru.
"Yang jelas kalau ada yang terima, tanpa menggangu perkuliahan lah," imbuhnya.
Untuk Tabloid Tekad Dea mengharapkan, terus meningkatkan kualitas dan konsistensinya sebagai tabloid kampus. Selalu menjadi sarana bagi mahasiswa ilmu komunikasi untuk menggali potensi dan bakatnya, dan dipermudah dalam menerbitkan setiap edisi.

Sumber : http://pekanbaru.tribunnews.com/2017/08/29/ingin-jadi-jurnalis-gea-suka-dengan-tantangannya

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.