Sang Merah Putih Di Beranda Negeri
datariau.com, Universitas Riau - Kitty Andriany Pendidikan Fisika FKIP -
Kitty Andriany
Jalanan di atas tanah gambut turut bergetar menyaksikan langkah-langkah gemuruh anak-anak suku akit masyarakat Dusun Bandaraya ketika pagi mulai menyingsingkan lengan temaramnya. Berlarian dengan penuh gairah menuju sekolah fillial SDN 12 Sokop yang memanfaatkan balai pertemuan sebagai lokal jauhnya.
Berbondong-bondong dalam gerombolan seperti awan cumulus yang berwarna merah putih mengejar angin yang kian bergemuruh menyanyikan suara kebahagiaan menjadi bagian dari tanah surga, Indonesia tercinta. Senin pagi, 21 Maret 2016 adalah hari bersejarah dalam kehidupan anak-anak pedalaman yang menetap di beranda negeri tercinta Indonesia. Untuk kali pertama, anak-anak suku asli yang tinggal di Pulau Rangsang Kepulauan Meranti, Riau tepatnya di Dusun Bandaraya, Desa Sokop, Kecamatan Rangsang Pesisir itu melaksanakan acara sakral yaitu upacara bendera.
Kegiatan tersebut memang sebuah rutinitas setiap sekolah yang sudah mendarah daging di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berbeda halnya dengan anak-anak suku pedalaman itu, untuk pertama kalinya, upacara bendera adalah sebuah momen indah yang tidak akan terlupakan.
Bagian paling mengharukan dari pelaksanaan upacara bendera yang pertama kalinya di lokal jauh sekolah fillial SDN 12 Sokop adalah detik-detik menyanyikan lagu kebangsaan yaitu 'Indonesia Raya'. Penuh khidmat dan kobaran semangat. Alangkah bahagianya mereka mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan upacara sebagaimana anak-anak lainnya juga menikmati hal itu di belahan Indonesia yang lain. Penuh malu-malu yang terbalut dengan rasa haru menyelimuti suasana pagi itu.
Didukung dengan kondisi cuaca yang tidak sepanas biasanya meski hari ini adalah hari terjadinya fenomena equinoks. Upacara perdana ini diikuti oleh seluruh siswa lokal jauh SDN 12 Sokop dan juga tiga orang guru. Dua orang diantaranya adalah para guru konsultan Maklmal Pendidikan Dompet Dhuafa yaitu Guru Kitty dan Guru Siti dan satu orang lainnya adalah seorang guru pejuang bernama Guru Riati. Guru Riati berkesempatan memberikan amanat pada upacara perdana ini. Beliau menyampaikan kekecewaannya terhadap anak-anak suku asli yang meninggalkan sekolah karena merantau ikut bersama orang tuanya bekerja di kebun sagu. Beliau juga berharap anak-anak yang lain tidak akan ada lagi yang meninggalkan sekolah.
Di samping itu, dalam amanatnya beliau juga menyampaikan agar anak-anak suku asli rajin bersekolah dengan datang tepat waktu, belajar bersungguh-sungguh dan tidak banyak berbual di dalam kelas. Amanat selanjutnya, Guru Riati juga menyampaikan tentang perubahan-perubahan yang telah dialami oleh anak-anak pedalaman suku asli semenjak kehadiran Guru Konsultan Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa.
Beliau juga menghimbau agar siswa-siswanya bisa terus mempertahankan dan meningkatkan perubahan baik yang telah ada. Perubahan itu diantaranya adalah budaya membuang sampah pada tempatnya. Lingkungan sekolah lokal jauh sudah masuk katergori bersih. Selain itu juga penanaman karakter anak ketika makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan dan tidak dengan berdiri. ***
Penulis merupakan alumnus Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau yang semasa kuliah aktif di UKMI Al-Maidan dan Forum Lingkar Pena cabang Pekanbaru. Saat ini sedang mengabdikan dirinya di dunia pendidikan sebagai Guru Konsultan Makmal Pendidikan Yayasan Dompet Dhuafa dengan daerah penempatan Kabupaten Kepulauan Meranti provinsi Riau
Post a Comment