Header Ads

Link Banner

Nur Islami (Alumni FMIPA Fisika 1992), Si Ahli Geofisika

faceriau.com, Universitas Riau - Saat dipercaya sebagai staf Tenaga Ahli Bidang Analisis Kebumian di Kabupaten Kampar, ia pernah menyelesaikan sebuah permasalahan yang kala itu meresahkan.

Warga daerah Kuok mengeluhkan sumber mata air mereka yang mendadak keruh. Sebagai tenaga ahli yang menguasai bidang geofisika, ilmu yang ia miliki bisa mengembalikan kondisi air tersebut seperti semula.

Ya, sosok alumni kita kali ini merupakan pakar geofisika. Ia telah malang melintang memanfaatkan ilmu geofisika yang ia miliki untuk berbagai sektor.

Jika di sektor pemerintahan ia pernah mengabdi menjadi Staf tenaga ahli, di skop perusahaan, ia juga pernah berkiprah di salah satu perusahaan minyak terbesar, Chevron. Disana ia dipercaya untuk masuk ke dalam lini geofisika, sesuai keahliannya.

‘’Alhamdulillah ilmu geofisika telah mengantarkan saya berkiprah ke berbagai tempat. Mulai dari pemerintahan, perusahaan minyak terkemuka hingga menjadi Temporary Lecturer di University Malaya, Malaysia.

Meski banyak kesempatan berkiprah di berbagai tempat bahkan di luar negeri, namun saya memilih untuk mendedikasikan diri bagi tanah air, tanah melayu Riau,’’ papar penghasil 12 Karya Ilmiah yang dipublikasi pada Jurnal Internasional yang memiliki Impact Factor tinggi ini.

Berkat keahliannya, ia mengaku sempat ditawarkan oleh University Malaya (UM), tempat ia mengambil gelar doktoral untuk menjadi dosen tetap.

Namun, ia menolak dengan berbagai pertimbangan. Menurutnya ia lebih baik mengembangkan dan berbagi ilmu geofisika kepada mahasiswa Pendidikan Fisika di FKIP Unri.

Meski begitu, kini ia masih menjalin hubungan kerjasama yang cukup kental dengan pihak UM. Ia masih sering bolak-balik Malaysia untuk menyelesaikan research collaborationnya dengan pihak UM tersebut.

 ‘’Hingga saat ini kita masih melakukan riset bersama pihak UM di bidang geofisika. Penelitian tersebut antara lain mengenai keberadaan air tercemar di bawah tanah.

Selain itu juga kita mendeteksi dini kemungkinan longsor di berbagai titik dan meneliti keberadaan minyak di bawah tanah,’’ jelas pria yang pernah mendapat Hibah Penelitian dari Ultreth University, Belanda tahun 2013 lalu.

Menurutnya, penelitian penelitian tersebut sebenarnya bisa diterapkan di Riau. Namun, alat yang kita miliki masih sangat terbatas.

Padahal, Guest Lecturer di Universite’ Paris Diderot, France, 2013 ini menuturkan dengan penelitian tersebut kemungkinan masyarakat mengkonsumsi air tercemar bisa menjadi sangat kecil.

Pasalnya, pencemaran air di bawah tanah sudah terdeteksi sebelum masyarakat menggali titik tersebut untuk digunakan sebagai sumber air. Sehingga, mereka bisa terhindar dari sumber sumber air yang sebenarnya mengandung pencemaran.

Sayangnya di Indonesia sendiri, khususnya di Riau hal tersebut masih jauh panggang dari pada api. Berdasarkan hasil penelitian yang ia lakukan di wilayah Panam, banyak sumber air yang mengandung zat berbahaya dan bisa mengurangi oksigen dalam darah, khususnya pada anak-anak.

‘’Di negara lain, penelitian kandungan pencemaran air bawah tanah ini menjadi sangat penting. Pemerintah setempat tak ingin penduduknya mengkonsumsi air yang tercemar. Menghindari hal tersebut, penelitian pun terus dilakukan.
(Faceriau.com/Andra/rls)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.