Prof Dr Ir Aras Mulyadi, DEA (Alumni Faperi 1982) : Unri peringkat 217 dunia pengelolaan lingkungan hidup kampus
Ialah Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, sosok di balik berbagai pencapaian Unri saat ini. Pria asal Taluk Kuantan tersebut memangku jabatan sebagai rektor. Melalui visi-misinya untuk menjadikan Universitas Riau sebagai Universitasr Riset Cemerlang Berbasis Kawasan Peraian dan Budaya Melayu, ia bertekad mengangkat marwah Unri.
Lantas mengapa visi misi tersebut diangkatnya? Sudah sejauh apa perkembanganya? "Berbagai permasalahan kini silih berganti melanda dunia. Riau pun tak luput dari permasalahan lingkungan tersebut. Karena Riau merupakan kawasan mangrove dan memiliki kawasan perairan serta aliran sungai, maka lingkungan tersebutlah yang harus kita jaga dan jadikan perhatian. Ini bentuk kontribusi Unri dalam menyeimbangkan kesenjangan antara ekonomi, sosial dan lingkungan yang kini terjadi," ungkap alumni Faperi Unri tersebut.
Ia sendiri sebelumnya juga pernah melakukan penelitian mengenai hal yang sama. Setidaknya ada lebih dari dua puluh penelitian yang dilakukannya mengenai lingkungan perairan. Nyatany begitu banyak potensi yang harus digali dan diteliti secara mendalam mengenai kawasan tersebut. Mulai dari flora, fauna maupun kultur masyarakat sekitar perairan, semuanya merupakan riset dari daerah yang harus dikembangkan lagi. Sayangnya, potensi tersebut kurang booming. Begitu pula dengan pengetahuan masyarakat sekitar untuk mengelola potensi tersebut.
Berdasarkan penelitian-penelitiannya ternyata porphyridium cruetum berpotensi menjadi bagan biokimia dan industri kosmetik. Selain itu gastropoda cerithidea cingulata di perairan mangrove juga memiliki potensi tersendiri. Penyebarannya di wilayah Riau juga cukup sekali. Hanya saja masih tak terkover seluruhnya dan tak banyak peneliti yang mengembangkannya.
"Oleh karena itu, Unri ingin menjadikan kawasan mangrove dan aliran sungai sebagai basis riset. Sejauh ini sudah banyak mahasiswa yang melakukan riset berbasis hal tersebut. Dengan dibantu para dosen, angka penelitian atau riset tersebut terus meningkat. Dari segi partisipasi bisa dibilang meningkat hingga 90 persen," terangnya yang meraih gelar magister di Perancis ini.
Untuk menunjang hal tersebut, Aras telah mengajukan usulan untuk membuat lab terpadu di Unri yang selama ini memang belum tersedia. Kelembagaannya telah dibentuk. Target di tahun depan sudah terwujud dan bisa dimanfaatkan untuk menunjang penelitian mahasiswa maupun untuk umum. Sehingga Unri juga memberi kemudahan yang bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Riau.
Namun, dari peningkatan riset tersebut ia juga memacu bagaimana hasil riset bisa dihilirisasi atau dimanfaatkan masyarakat.
"Hasil riset bukan hanya sekedar laporan. Namun juga pemanfaatannya bagi kehidupan. Itu sebenarnya yang paling menjadi penentu keberhasilan seorang peneliti. Kita terus memacu hilirisasi tersebut melalui publikasi dan lain sebagainya," tambahnya.
Sedangkan untuk visi-misi berbasis budaya Melayu sendiri, Aras menunjukkan keseriusannya dengan memasukkan budaya Melayu ke dalam kurikulum. Namun, mulai diberlakukan tahun 2017. Jadi, meskipun mahasiswa yang menuntut ilmu di Unri berasal dari beragam suku, mereka tetap mengenal budaya lokal tempat mereka berpijak, yakni budaya Melayu.
Terlebih kaitan antara kawasan perairan dan budaya Melayu juga begitu kental. Masyarakat penghuni wilayah perairan rata-rata merupakan masyarakat Melayu. Sehingga dengan mempelajari kebudayaan tersebut, nantinya peneliti muda Unri juga bisa langsung menerapkannya semasa meneliti. Mereka pun mudah berbaur dengan masyarakat, karena dasar mereka akan budaya itu sudah terbentuk di bangku perkuliahan.
Pembuktian dari hal tersebut memang bukan sekedar cuap-cuap. Nyatanya Unri terus menerus mengalami peningkatan peringkat. Baru-baru ini, Universitas RIau termasuk peringkat 9 se-Indonesia. Naik satu peringkat dari sebelumnya. Sedangkan untuk dunia, Unri berada di posisi 217 perguruan tinggi dengan komitmen tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup kampus.
Sumber : Koran Riau Pos, Edisi Kamis 11 Februari 2016
Post a Comment