KRESEKNYA 200 AJA YA, SIST!
Universitas Riau - Teguh Pambudi, Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi 2012 - Pencapaian suatu negara selalu diukur
dari tingkat ekonomi Negara tersebut, pendapat(an) terseebut tak selamanya
benar, dan tak juga salah, siapa yang nyangka toh Negara Cihna, eh Tiongkok
maksudnya, bisa menggeser ketenaran posisi
negara Paman Sam yang dipersenjatai kemolekan Jennifer Lopez dan
Mothermonsternya, Lady Gaga. Selain darpada itu padahal kita ketahui sendiri
Indonesia memiliki bonus demografi yang selalu menjadi senjata optimis para
Pemerintah-Pemberi titah. Melihat
potensi jumlah Pemuda yang selalu bertengger skala positif jadi wajar Indonesia
bertepuk dada akan kelebihan ini, termasuk kelebihan berat badan. “Tahun 2045 Ialah Golden Age” ditambah lagi dengan kekuatan Jomblo-jomblo di setiap
pelosok se-Indonesia yang jika bersatu maka tak terkalahkan!.
Berbagai pristiwa dari yang tidak
peting sampai tak penting banget selalu media kita sajikan bagi para (bigot) Penontot setianya yang diprakarsai oleh Persatuan
Ibu-Ibu Sen Kanan belok Kiri. Mulai dari rekaman berisi rayuan Indra Bekti (IB)
kepada GA, kasus Saiful Jamil yang “menikmati” tubuh DS yang masih dibawah
umur, cowo pula. Kepada Bang Ipul,
tetap semangat mencari wanita yang sholeh berjilbab dan patuh kepada suami
kayak mbak Dewi Persik ya. Bang Ipul pasti bisa. Namun, lagi lagi kita melupakan, Joey
Alexander, pianis asal Indonesia yang tak lagi di Indoneia. Masuk nominasi
Award, dan meskipun tidak meraih piala Oscar tersebut, atleast, Joey telah membawa nama Indonesia
sebagai pinais termuda yang masuk nominasi dan dibalas dengan headine “Joey
Gagal Raih Gramy Award” ala berita Metro Tv. Kepada dik Joey, yang sabar ya
dik, Peminat berita di Negara kita lebih
banyak yang suka denger kata gagal daripada keberhasilan kamu, Dik. Sekali lagi,
ingat pesan Ali Bin Abi Thalib “sesuatu
yang paling pahit di Duna ialah berharap kepada Manusia”. Keep spirit and improvement! Jangan mau kalah dengan Mbak
Syahrini yang selalu memposting barang-barang glamornya ke Medsos pribadiya,
atau mungkin dek Joey bisa duet sama mbak Syahrini. Tapi saran saya, jangan.
setelah para pemeluk paham kapitalis-liberalis merayakan hari
kasih sayangnya, seminggu pasca perayaan tersebut kita dihadapkan pada sebuah
kebijkan baru (bukan kebijakan ekonomi yang menembus episode ke-100 menyangi
tukang bubur naik haji) yakni terhitung tanggal 21 Febuari lalu Pemerinah
mengeluarkan Kebijkan “bayar plastic” yang diinisiasi oleh Kementrian
Lingkungan Hidup, Pemertintah berharap dengan adanya kebijkakan ini Syahrini
akan Sepi Job mengurangi dampak limbah
plastik yang ada di Indonesia. Lagi lagi kta dibuat patuh-tunduk terhadap
kebijakan prematur tersebut, saya termasuk
orang yang menolak kebijkan tersebut walaupun bukan saya sendiri saja yang
menolak, bukan berarti saya ialah
barisan sakit hati pak Jokowi loh ya, bagi saya penarikan 200 rupiah per
plastic ialah bentuk perampasan duit masyarkat yang dilegalkan. Ya bagaimana
tidak, kita yang tanpa disosialisasi sebelumnya uangnya akan diapakan dan
disalurkan kemana, diminta untuk membayar 200 rupaih, ini lebih buruk dari
membeli kucing dalam karung. Selanjutnya, tanpa mengurangi rasa hormat saya
kepada Bu Siti Nurbaya selaku menteri, sekaligus mentri yang paling sering
“mampir” ke daerah saya, Riau. Bukan karna prestasi daerah pastinya, hehehehe. Begini buk, seharusnya ibu buat kebijakan
kepada perusahan dan ritel ritel untuk tidak lagi menggunakan pastik untuk
bungkus belanjaan konsumennya, beralih ke pembukus kertas yang jauh lebih ramah
lingkungan sehingga cita-cita yang ingin dicapai berdampak relevan yakni “Zero
Use Plastic” bukan memaksakan masyarakat untuk membayar setiap keping
plastiknya. Masak kita kalah sama Roti boy, dan Roti O yang menmbungkus rotinya
dengan kemasan kertas. sih buk, ehehe.
“Pengggunaan plastik di Indonesia itu
terbesar di Asean!” begitu kata aktivis lingkungan hidup, ya iyalah piye toh
mbak, mas, total masyarakat kita itu 251 juta itu baru yang tercatat, kalo
ngebandingin dengan Negara-negara Asean mah, jumlah populasi Negara mereka Cuma
seuprit dari kita. Mbok yo kalo ngebandingin itu aple to aple. Sebenarnya saya setuju sekali dengan geragan
diet plastik ini, selain karna saya bukan pemakasn plastik, namun saya mengerti
dengan dampak limbah plastic tersebut. Namun yang saya sayangkan lagi-lagi
Pemerintah seolah membuat kebijakan secara radikal (cepat tak terkira) sehingga
wajar saja banyak yang kaget dan tak sedikit yang mengkritisi.
“200 rupiah itu kan sedikit” startegi
ini sama halnya dengan strategi para dedengkot bin bigotry Pemerintah yang
mengatakan “1000 itu kan sedikit” ketika Pemerintah dengan konyolnya menaikan
harga BBM disaat harga minyak dunia sedang terjun bebas seperti prestasi
Machester United. Lagi lagi kita dibuat
sebuah drama setingan bak kisah Manohara.
Kita tidak teredukasi dengan baik oleh pembuat titah mau diapakan uang
200 tersebut, jika untuk pihak Coporate yang menyedikan plastik tersebut,
dengan lantang dan kencang saya mengatakan ini sebuah kebijakan BLUNDER,
alih-alih ingin mengurangi dampak plastic,
yang ada kita mensedekahi pihak corporate
yang tentu lebih kaya dari kita. Pihak corporate harus bertanggung jawab
terhdap bungkusan barang yang telah dibeli oleh konsumen, karna itu bagian dari
bentuk pelayanan. Dan lagi lagi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
kecolongan, setelah kecolongan dengan
produk kadaluarsa yang beredear di ritel-ritel. Pengembalian duit belanja
dengan Permen, sampai dengan “300nya mau didonasikan , qaqa?”. ga lucu aja ketika kita belanja dengan harga
1000 rupiah kena biaya plastik 200 belum lagi biaya abang-abang tukang parkir
yang muncul secepat kilat ketika kita mau ngeluarin kendaraan. Bisa jadi dikemudian hari pihak Zoya melihat
ini sebagai peluang dan ladang bisnis dengan meluncurkan sebuah inovasi plastik
berlogo Halal dari MUI “Yakin Plastik yang kamu gunakan Halal?”. Dan dilanjutkian dengan kebijakan
bayar pajak untuk setiap wajah yang dioperasi Plastik. Nah kalo gini saya jadi
ga ena’an sama mbak KD.
Sumber : pustakateguh.blogspot.co.id,
Post a Comment