Aurel, Wisudawati FEB Yang Bertopangkan Tongkat dan Semangat
terasunri.web.id - Suasana haru menyeruak ke seisi ruangan. Saat nama Aurelia Fitria Ningtyas SE dipanggil ke pentas. Didampingi kedua orangtuanya, Solichul Hadi dan Zumroh, ia meniti anak tangga. Kemudian ia berjalan sendiri dibantu kedua tongkatnya. Menuju dekan, dan para dosen. Menyalaminya satu persatu dan kemudian toga gadis istimewa ini dibalikkan.
Saat menuruni anak tangga, kedua orangtuanya kembali mendampingi anak kebanggaan mereka ini. Hadirin pun memberikan tepuk tangan sembari berdiri sebagai ungkapan kekagumannya pada sosok Aurel.
Aurel menjadi wisudawan Fakultas Ekonomi Universitas Riau yang paling mencuri perhatian, Kamis (5/10). Dengan segala keterbatasan fisiknya, nyatanya gadis yang menempuh pendidikan pada Jurusan Ilmu Ekonomi ini mampu menyelesaikan pendidikannya dalam waktu 5 tahun dan IPK di atas 3.
Aurel memang memiliki kondisi fisik yang berbeda dari yang lain. Kondisi itu ia alami sejak lahir. Di dunia medis dikenal dengan Paraplegia dan Scoliosis. Hal ini biasanya disebabkan oleh cedera sumsum tulang belakang atau bawaan kondisi seperti spina bifida yang mempengaruhi elemen saraf dari kanal tulang belakang. Sehingga membuat kakinya mengecil dan tidak memungkinkannya untuk berdiri.
“Kondisi ini sudah dari lahir dititipkan Tuhan pada saya. Saya juga tidak tahu, mengapa ini bisa terjadi. Tapi saya terima dengan iklas. Ini sudah jalannya, tak ada yang perlu disesali,” ujar gadis ceria ini dengan percaya diri.
Disamping itu, ia juga memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi karena langit-langit terbuka atau Labio Palato. Namun, kata-katanya masih bisa dimengerti. Terlebih ia berujar dengan lantang dan penuh percaya diri.
Kisahnya dalam menyelesaikan gelar sarjana dikatakannya memang penuh perjuangan. “Bagi mahasiswa pada umumnya saja sulit. Apalagi bagi saya dengan keterbatasan ini. Untungnya lingkungan kampus sangat ramah bagi saya. Mulai dari dosen dan mahasiswa semua memberi perhatian pada saya,” sambung anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Di awal perkuliahan, alumni SMA Cendana Rumbai ini sempat merasa was-was dan minder. Ia bertanya-tanya. Seperti apa lingkungan kampus nanti. Kampus tentu tak seramah sekolah. Dan banyak hal yang berputar dalam pikirannya.
Memang benar. Ada saja pihak yang mem-bully keistimewaanya. Bahkan ada pula yang menyepelekan dan mengasihani Aurel karena kondisi fisiknya tersebut. Bukan berarti nyali Aurel untuk menempuh pendidikan ciut. Aurel justru sudah kebal dengan kata-kata kasar dan perlakuan tidak enak seperti itu. Ia sudah punya imunitas untuk menghadapi nada sumbang.
“Saya nggak peduli orang bilang apa. Kalau saya dengarkan mah nggak ada habisnya. Lalu, kapan majunya saya?,” tegasnya.
Ya, seperti itulah Aurel. Ia punya mental yang kuat. Kemandirian dan kepercayaan dirinya itu yang membuat satu persatu teman sekelasnya mulai bergaul dengannya. Dosen pun menyenanginya karena Aurel bukan hanya istimewa. Namun juga aktif dan cerdas.
Selama masa perkuliahan, Aurel beberapa kali mengikuti kompetisi mahasiswa level nasional. Ia sudah pernah terbang ke Solo hingga Bali sebagai wakil dari Riau dalam berbagai kompetisi bergengsi antarmahasiswa.
“Saya tidak mau membatasi diri saya. Mentang-mentang saya seperti ini, lalu saya biarkan orang memandang saya rendah. Lalu saya pasrahkan diri saya hanya menjadi mahasiswa biasa. Saya tidak ingin seperti itu. Dunia sangat keras untuk orang seperti saya. Karena itu saya juga harus berupaya lebih keras lagi agar bisa maju dan membuktikan bahwa siapa saja berhak berprestasi. Siapa saja berhak menjadi sarjana,” paparnya.
Aurel bersama mahasiswa lain juga aktif berdiskusi dalam forum mahasiswa ekonomi. Ia juga rajin menulis pandangannya tentang ekonomi, pendidikan dan juga masalah perempuan.
Dalam urusan ke kampus, dulunya Aurel sempat diantar jemput oleh orangtuanya. Namun, beberapa waktu terakhir, ayah dan ibunya harus pindah ke Semarang. Sang ayah pensiunan Chevron mencoba untuk membuka usaha di tanah kelahirannya. Karena menempuh studi, Aurel tetap berada di Pekanbaru. Seorang diri. Karena memang ia tak memiliki sanak saudara di Pekanbaru.
Sumber : http://m.riaupos.co/163722-berita-berjuang-bertopangkan-tongkat-dan-semangat.html
Post a Comment