Header Ads

Link Banner

Pakar Konservasi SDH UR : Riau Punya Bunga Bangkai Langka


terasunri.web.id - Taman Nasional Bukit Bungkuk, Riau, jadi pembicaraan dunia beberapa hari ini setelah ditemukan bunga bangkai tertinggi sejagat yang mencapai 4,3 meter, jauh melampaui rekor dunia resmi. Sebetulnya ada tiga tangkai yang mekar pada waktu bersamaan. Dua tangkai di kawasan konservasi Cagar Alam Bukit Bungkuk, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Satu tangkai lagi ditemukan di luar kawasan, di Desa Bukit Melintang.

Mekarnya tiga bunga bangkai raksasa yang berjenis amorphopallus giga diendus pertama kali pada 13 September oleh Maju Bintang Hutajulu dan Santino Gomes, dua polisi hutan (polhut) yang bekerja di Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Mereka sampai berkemah di hutan cagar alam seluas 12.828,88 hektare itu, menunggui dua flora langka dan dilindungi tersebut sebelum salah satu tangkai mekar, Jumat, 15 September 2017. Begitulah dilaporkan Dina, seorang wartawan setempat yang meliput dari dekat. 

Dan pengukuran seadanya dilakukan Bintang Hutajulu. Salah satu bunga itu ternyata mencapai ketinggian 4,3 meter, yang kata BBKSDA Riau, melampaui rekor bunga bangkai tertinggi yang dicatat Guiness Book of Record di New Hampshire, Amerika Serikat, tahun 2010. Saat itu, bunga bangkai di AS tersebut mencapai ketinggian 3,1 meter. Adapun setangkai lainnya di Bukit Bungkuk mencapai 3,3 meter. Sementara setangkai bunga lagi di luar kawasan cagar alam itu, tingginya 2 meter.



Antusiasme Bintang Hutajulu dan seluruh timnya atas apa yang diyakini sebagai bunga tertinggi dunia ini merambat ke beragam pihak. Namun lokasinya yang begitu terpencil di tengah hutan di lokasi sulit membuat bunga-bunga ini relatif aman dari serbuan pengunjung. Kecuali rombongan khusus para pejabat lingkungan serta belasan jurnalis melongok keberadaan bunga nan langka yang bergerak dari ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru, Senin (18/9).

Rombongan sekitar 40 orang dari beberapa kalangan masyarakat jurnalis, pejabat, serta personel dari BBKSDA Riau inilah yang melakukan pengukuran ulang bunga-bunga berbau menyengat itu. Untuk menyaksikan langsung mekarnya flora yang endemik Pulau Sumatera itu, rombongan menempuh perjalanan darat dengan bermobil 68 kilometer di jalanan lintas Provinsi Riau-Sumatera Barat. Dilanjutkan dengan jalan desa sekitar delapan kilometer. Sesudahnya perjalanan harus ditempuh dengan berjalan kaki melalui medan yang cukup berat untuk mencapai bunga yang hari itu justru mulai melayu.

Bunga Bangkai memang butuh waktu bertahun-tahun untuk mekar, dan masa mekarnya hanya sekitar dua hari. Pakar Konservasi Sumber Daya Hutan dari Universitas Riau, Dr Nurul Qomar, menyebut bunga bangkai ini tergolong langka. "Terutama pada fase generatifnya, ketika muncul bunga dengan selodang yang besar," kata Nurul Qomar.

"Lalu, bentuknya yang menarik. Ada yang tinggi menjulang dan tanpa daun pada masa generatif itu, atau berukuran sangat besar. Atau, karena baunya yang sudah menyengat seperti bau bangkai." Kepala BBKSDA Riau Machfud menyebut pihaknya menaruh perhatian khusus pada mekarnya amorphopallus gigas yang hanya bertahan selama dua hari, padahal waktu yang dibutuhkan untuk berkembang mencapai puluhan tahun.

Karenanya, katanya pula, "terhadap anakan dari dua tangkai bunga itu kami akan melakukan perlindungan dan pengawetan." Lebih dari itu, katanya, "Di desa batas Cagar Alam, yakni Bukit Melintang, ditemukan banyak bunga yang sama di kebun-kebun masyarakat." Ini sangat berbeda dengan bunga bangkai di tempat lain, yang tumbuh di tempat sangat khusus, umumnya di dalam taman nasional, cagar alam, atau kebun raya khusus.



Sumber : http://www.bbc.com/indonesia/majalah-41330906

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.