Dahril Bootle, dari Unri untuk Dunia
Foto : Riauonline |
koranriaupos, Universitas Riau - Sejak kecil, tengku Dahril sudah hobi memancing dan menangguk ikan di kampungnya, Pelalawan. Hobi masa kecilnya tersebut nyatanya memberi pengaruh besar bagi masa depannya. Tamat SMA, tak ada pilihan lain yang terlintas dipikirannya selain masuk kuliah di Fakultas Perikanan (Faperika) Universitas Riau (Unri).
"Waktu itu tahun 1973, Unri masih sepi. Saya satu kelas saja hanya 16 orang. Rak seperti sekarang yang sudah begitu ramai," kenangnya saat ditemui Riau Pos di kediamanny, Rabu (4/2).
Tiga tahun berkuliah, Tengku Dahril berhasil mengantongi gelar sarjana muda. Bangga namun ia belum puas. Pada 1977 ia melanjutkan pendidikan S1 di Unri pada jurusan Teknik Penangkapan Ikan. Tahun 1979, gelar insinyurpun resmi melekat pada namanya.
Yang tak terlupakan baginya semasa menjalani kuliah adalaha, saat ia terpilih sebagai mahasiswa teladan se-Universitas. Siapa sangka, seorang anak kampung yang hobinya memancing, bisa menyabet gelar bergengsi tersebut. Atas prestasinya, Tengku Dahril bersama mahasiswa teladan dari seluruh Universitas se-Indonesia bisa bertemu dan bersalaman dengan Presiden Soeharto dan hadir dalam detik-detik proklamasi 17 Agustus di Istana Negara.
"Saat mendapat kabar akan berangkar ke Jakarta, tentunya hati ini begitu gembira. Terbayang sudah rasanya naik pesawat. Ya, itu adalah pengalaman saya naik pesawat. Itu berkat Unri," ungkapnya.
Usai menyelesaikan pendidikan di Unri, hubungan Dahril dan Unri tak terputus begitu saja. Keahlianya masih sangat diperlukan oleh Unri. Ia pun diangkat sebagai asisten dosen saat itu. Karena bekerja dengan ulet, tahun 1997, ia berhasil mendapatkan beasiswa S2 dan S3 di Universitas Nagasaki Jepang. Sepulangnya ke tanah air, ia sempat menjadi dosen tetap, Dekan Fakultas Pertanian UIR, Pembantu Rektor I UIR dan menjadi Rektor UIR selama dua periode dan kini ia menjadi Guru Besar di Faperika Unri.
Selain itu, ia juga pernah berkiprah di bawah bendera pemerintahan. Kiprah tersebut antara lain menjabat sebagai Kepala Dinas Perikanan Riau, Kepala Balitbang Riau dan lainnya.
Perjalanan hidup Tengku Dahril memang terlihat tak ada hambatan. "Nampaknya mulus saja. Namun ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Saya harus terus melakukan penelitian, penemuan, menulis buku dan hal lainnya yang memerlukan produktivitas dan dedikasi tinggi," ungkapnya lagi.
Ya, Tengku Dahril memang tak berhenti mengembangkan ilmunya untuk kemajuan daerah. 12 buku sudah ia tulis untuk menyalurkan ilmu dan menyebar info kepada masyarakat. Baru-baru ini, ia juga menemukan sebauh temuan besar sepanjang sejarah hidupnya yang dinamainya dengan Dahril Bootle.
Sebelumnya, ia telah meneliti mengenai kandungan yang terdapat dalam tumbuhan laut, mikroalga. "Sebelumnya saya hanya sebatas meneliti tanaman ini saja bersama limbah tahu, limbah sawit dan lainnya. Namun, setelah saya diundang oleh UNESCO ke Perancis beberapa waktu lalu, di sana dijelaskan bahwa kadar oksigen bumu kian hari kian menipis. Dunia disarankan untuk semakin banyak menanam pohon demi mencukupi kadar oksigen. Tapi rasanya untuk menanam pohon saat ini sudah semakin sulit. Lahan terbatas karena dieksploitasi. Ya kan?" tanya kepada Riau Pos.
Usai pertemuannya di Perancis, ia terus memikirkan permasalahan dunia tersebut. Terlebih, di Riau saat ini tengah diselubungi kabut asap. Merenung di lab. ide Dahril Bootle pun tergagas. "Saya pribadi yang mencetuskan ide ini. Karena sebagai ilmuan, saya prihatin melihat kondisi dunia. Kebetulan juga saya tahu manfaat alga laut yang merupakan sumber oksigen terbesar. Selang tiga bulan, Dahril Bootle pun berhasil dibuat," jelasnya.
Dahril Bootle yang memiliki bentuk seperti toples atau wadah tersebut nyatanya mampu menyediakan oksigen 10 kali lebih banyak dibandingkan sebatang pohon. Atas idenya tersebut, ia juga beberapa kali diundang dalam kegiatan berskala nasional. Baru-baru ini, ia juga sudah mematenkan Dahril Bootle tersebut.
Respon terhadap temuannya tersebut begitu luar biasa. Beberap hari lalu, ia terbang ke Jakarta memperkenalkan temuannya kepada seluruh Universitas se-Indonesia bersama Rektor Unri. Berbagai pesanan ppun berdatangan. Hingga hari ini, 30 unit Dahril Bootle sudah terjual di pasaran. Mulai dari sekmen pribadi atau rumah tangga hingga pemerintah bahkan Rektor Unri sudah memesannya. Termasuk pihak Malaysia yang begitu tertarik dan membeli satu uni.
Sumber : Koran Riau Pos, Edisi, Sabtu, 6 Februari 2016
Post a Comment